matahariku,
bumi ini terlalu sempit untuk kau sinari
bias sinarnya masih malu-malu menyusupi dedaunan
mendera galian lorong-lorong kecil semut pekerja
kita sama-sama mengerti bahwa kita sedang berdiri di atas ketidaksempurnaan masing2
sama2 rapuh untuk mencipta rumah yang kokoh
ada dan tiadamu, hadir dan tak hadirmu menjadi peubah konstan atas ruh dalam hidupku
semangatku yang telah kamu ambil alih
dan aku seperti berdiri di atas bangunan seribu tahun lalu
bisa runtuh tiap saat
dengan semua harapan yang masing-masing telah kita berikan
harapan semu
tanpa jaminan
maka mintalah aku membangun kembali bangunan usang itu
karena kita pernah tahu rasanya jatuh bukan?
seperti memandang bagian tubuh kita melayang
dan tak ada yang kuasa menahannya
“dan kita kan menjadi pemenang
ketika hanya putih yang menjejak rasa
ronakan hitam pekat
dan bara yang mengabu”
ijinkan aku tak hanya singgah dihatimu
tapi berlabuh dan bersandar di dindingnya
mengapa tak kita padamkan saja nyala api yang membakar
dengan sebuah ikatan yang lebih pasti
ketika kamu sanggup bersabar, aku iya
namun maafkan untuk permainan yang belum berakhir
mesti membawamu pada noda-noda hitam yang menutup dinding hati
setiap zina hati, pikiran, lisan, mata dan telinga
aku bertanggung jawab atasnya
dan juga kamu
prisma segi lima
yang mulai mengembun cahayanya
menangkap cahaya di sudut datang
dihinggapi kunang yang hampir mati
krik….krik…..krik…..krik…..
ssttt ..
apa bim .. π
ehem ehem,..uhuk uhuk
ehm..ehm…
numpang comment, ya, sist..
ku tahu maksud dari poem nii..
^___^
jangan biarkan mataharimu bersinar terlalu lama, sist…
karena sesuai kodrat alam,
akan tergantikan oleh cahaya rembulan pada malam harinya…
citra : ehem ehem juga ..
an : aamiin .. π π